Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Festival Ela-Ela, Tradisi Maluku Utara Sambut Malam Seribu Bulan

Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki tradisi masyarakat untuk menyambut malam penuh kemuliaan Ramadan.
Sejumlah tokoh di Maluku Utara menyalakan obor sebagai tanda dimulainya  Festival Ela-Ela yang merupakan tradisi di masyarakat Maluku Utara./Pemprov Malut
Sejumlah tokoh di Maluku Utara menyalakan obor sebagai tanda dimulainya Festival Ela-Ela yang merupakan tradisi di masyarakat Maluku Utara./Pemprov Malut

Bisnis.com, SOFIFI — Sejumlah daerah di Indonesia memiliki tradisi yang kental dan unik pada saat Ramadan dan mendekati Lebaran. Berakar dari budaya leluhur, ragam tradisi itu berkembang dan lestari secara urun menurun.

Salah satujnya di Provinsi Maluku Utara yang kental dengan tradisi Ela-Ela.

Dikutip dari situs resmi Pemerintah Provinis Maluku Utara, Jumat (28/3/2025), Ela-Ela merupakan tradisi untuk menyambut malam Lailatul Qadar atau malam 1.000 bulan yang diyakini oleh umat Muslim sebagai malam penuh kemuliaan dan sangat dinantikan pada saat Ramadan.

Tradisi Ela-Ela dimulai dengan menyalakan obor sebagai penerang. Beberapa daerah di Indonesia sangat lekat dengan kegiatan serupa pada saat Ramadan dan Lebaran dengan menyalakan obor.

Sebagai bagian dari tradisi, Pemprov Maluku Utara pada Ramadan kali ini menggelar Festival Malam Ela-Ela.

Menurut Ketua Panitia Festival Ela-Ela Ismad Daud, Festival Malam Ela-Ela dlaksanakan dengan dua jenis kegiatan yakni lomba pawai obor serta lomba desa dan kelurahan.

Dia menuturkan lomba desain desa dan kelurahan hanya difokuskan di Kecamatan Oba Utara yang meliputi 13 desa/kelurahan. Setiap desa nantinya akan dinilai langsung oleh tim penilai dan tergantung d ari tingat partisipasi kelurahan atau desa tersebut.

Sementara itu, Wakil Gubernur Maluku Utara Sarbin menyatakan esensi dari Festival Ela-Ela adalah menggapai kemuliaan serta keberkahan malam Lailatul Qadar.

“Zaman dahulu, pada Festival Ela-Ela saya membakar batang pisang sebagai obor dan damar. Ela-Ela merupakan akulturasi budaya lokal dan nilai keagamaan yang perlu dilestarikan,” kata Sarbin.

Festival Ela-Ela di Sofifi diikuti oleh 700 peserta yang terbagi dalam 30 kelompok dari berbagai elemen masyarakat seperti majelis taklim, karang taruna, muslimat Nahdlatul Ulama, siswa SD/SMP/SMA di Tidore Kepulauan serta ikatan pemuda, adanya marching band menambah kemeriahan semarak festival ini.

Wagub berpesan agar Festival Ela-Ela dimaknai dari sisi nilai keagamaan dan menjaga kearifan lokal sekaligus kaitannya dalam pembangunan Kota Sofifi ke depan.

Festival tersebut diharapkan dapat menjadi agenda tahunan pemprov yang tidak hanya mempertahankan nilai historis, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata religius di Maluku Utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler