Bisnis.com, MANOKWARI — Pemerintah Provinsi Papua Barat akan memberikan sanksi tegas kepada aparatur sipil negara atau ASN yang tidak bekerja secara optimal.
Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani mengatakan bahwa pihaknya tengah mencari formula yang tepat agar budaya malas ASN di wilayah Papua Barat dapat ditekan sehingga layanan kepada masyarakat dapat berjalan secara optimal.
Dia memberi ultimatum apabila ASN yang bekerja tidak optimal dan tidak dapat dibina lagi, pihaknya akan mengambil tindakan tegas dengan memecat atau memberhentikan pegawai bersangkutan.
"Kalau tidak bisa lagi di bikin rajin mungkin harus ada yang kita berhentikan supaya jadi contoh buat yang lain,’’ ujarnya dikutip dari keterangan resmi Pemprov Papua Barat, Selasa (29/4/2025).
Oleh sebab itu, Wagub Lakatoni meminta organisasi perangkat daerah (OPD) untuk memantau kinerja aparatur di masing-masing organisasi daerah.
“Saya minta Kepala OPD yang pekerjaannya sangat urgen sekali kita ketemu. Kita pikirkan ini sama-sama. Saya akan kasih berhenti, saya kasih tahu, pasti saya akan kasih berhenti satu atau dua orang untuk jadi contoh [peringatan] buat yang lain,” katanya tegas.
Baca Juga
Papua Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang pada 2024 mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
Laporan perekonomian dari Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada kuartal IV/2024 mencapai 14,85% year-on-year (YoY), melanjutkan pertumbuhan pada kuartal III/2024 yang mencapai 19,56% YoY.
“Pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada periode tersebut kembali menjadi salah satu pertumbuhan tertinggi dalam skala nasional,” tulis laporan BI tersebut.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan yang tinggi terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), dan ekspor luar negeri.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2024 tumbuh sebesar 5,51% YoY meningkat dari pertumbuhan pada kuartal III/2024 sebesar 4,46% YoY. Ekspor tumbuh positif sebesar 5,46% YoY, namun mengalami pelambatan dibandingkan dengan kuartal III/2024 sebesar 12,36% YoY.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih tinggi didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat terutama pada periode hari besar keagamaan Natal dan Tahun Baru serta banyaknya festival dan event selama kuartal terakhir tahun lalu. Sementara itu, perlambatan ekspor tercermin dari pertumbuhan nilai freight on board ekspor luar negeri yang tidak setinggi triwulan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel