Bisnis.com, MANOKWARI — Sebanyak tiga negara yakni Jepang, China, dan Korea Selatan masih menjadi penopang utama produk-produk dari Papua Barat untuk bisa menembus pasar ekspor hingga Januari 2025.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat Merry mengatakan bahwa nilai ekspor Papua Barat ke Jepang mencapai US$133,97 juta, sementara itu nilai ekspor ke China tercatat US$106,95 juta, dan Korea Selatan senilai US$43,4 juta.
Realisasi ekspor ke ketiga negara tersebut berkontribusi sebesar 99,46% terhadap total nilai ekspor Papua Barat pada Januari 2025 yang tercatat senilai US$285,86 juta.
"Jepang menyumbang 46,87%, China 37,41%, dan Korea Selatan 15,18% dari total ekspor," ujarnya dilansir dari Antara dikutip Kamis (6/3/2025).
Dia menuturkan komoditas yang menjadi penyumbang terbesar ekspor Papua Barat adalah minyak dan gas (migas).
Kinerja ekspor migas Januari 2025, katanya turun sebesar 5,56% ketimbang realisasi ekspor migas pada Januari 2024 yang mencapai US$301,34 juta.
Baca Juga
“Ekspor komoditas nonmigas hanya sebesar US$1,54 juta atau 0,54% dari total ekspor Papua Barat pada Januari 2025,” kata Merry.
Dia menyebutkan, kegiatan ekspor dilakukan mayoritas dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bintuni dengan porsi hingga 99%, sementara itu sisanya di Pelabuhan Manokwari, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Pelabuhan Tanjung Perak.
"Selain keempat pelabuhan tersebut, ekspor Papua Barat juga dilakukan melalui Bandara Soekarno-Hatta," kata Merry .
Selain tga negara tersebut, ekspor juga menyasar Bangladesh, Amerika Serikat, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Malaysia, Taiwan, dan Hong Kong.
Adapun dari sisi nilai impor hingga Januari 2025, Papua Barat mencatat realisasi senilai US$1,93 juta, naik 100% karena pada bulan sebelumnya tidak ada aktivitas impor dan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Komoditas impor tersebut antara lain garam, belerang, kapur, serta mesin mekanik atau pesawat terbang dari dua negara yakni Australia 95,1% dan sisanya diimpor dari Jerman.
Komoditas Unggulan Papua Barat
Dalam perkembangan lain, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHBun) Provinsi Papua Barat memprioritaskan program pengembangan tiga jenis komoditas perkebunan yakni pala, kopi, dan kakao pada tahun ini.
Menurut Kepala Bidang Perkebunan TPHBun Papua Barat Benediktus Hery, anggaran pengembangan tiga komoditas tersebut bersumber pada APBD provinsi setempat pada 2025.
"Tahun ini tidak ada alokasi APBN untuk perkebunan, karena terfokus dengan program swasembada pangan," kata Hery.
Dia menjelaskan pengembangan komoditas pala berupa bantuan benih bagi kelompok masyarakat di Kaimana dengan target luasan lahan kurang dari 100 hektare, kemudian bantuan sarana pengeringan pala di Fakfak.
Untuk kopi jenis arabika dikembangkan di Pegunungan Arfak menggunakan konsep agroforestry dengan target menambah luasan hanya 10 hektare, karena Pegunungan Arfak merupakan kawasan konservasi.
"Kalau kakao, kami akan beri bantuan pemeliharaan kebun bagi petani di Manokwari Selatan supaya menjaga kualitas produksi," kata Hery.
Dia menyebut program yang telah dilaksanakan selama 2024 meliputi perluasan perkebunan pala 100 hektare di Kaimana, dan perkebunan kelapa di Teluk Wondama dengan sumber dana berasal dari DIPA APBN Kementerian Pertanian.
Pemerintah provinsi juga mengalokasikan APBD 2024 untuk pengembangan komoditas pala di Fakfak, Kaimana, dan Teluk Bintuni, kemudian pengembangan kopi Pegunungan Arfak, serta penyaluran bantuan sarana prasarana pengolahan sagu.
"Semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan komoditi perkebunan tahun 2024 terlaksana dengan baik," ucap Hery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel